Pendidikan dan Paradoks Rasionalitas di Era Globalisasi



Ditulis oleh : Qholib Ajib

Mahasiswa Magister Manajemen UPI “YPTK” Padang 

Chief Operating Officer Siap Menulis Indonesia

Di tengah laju globalisasi yang tak terbendung, di mana teknologi berkembang pesat, pandangan masyarakat tentang pendidikan sedang mengalami pergeseran signifikan. Dulu, pendidikan formal sering dianggap sebagai jaminan tunggal menuju kesuksesan. Namun, pandangan ini kini dipertanyakan, terutama karena tuntutan dunia kerja yang menuntut keterampilan nyata dan relevan, bukan sekadar gelar. Realitas ini memunculkan sebuah ironi yang patut kita renungkan.

Kesenjangan Pendidikan dan Dunia Industri

Dunia industri kini bergerak begitu dinamis. Mereka membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan khusus, kemampuan beradaptasi yang tinggi, dan yang terpenting, kemampuan berpikir kritis. Sayangnya, banyak lulusan pendidikan formal tidak sepenuhnya siap memenuhi tuntutan tersebut. Terlihat jelas adanya jurang pemisah antara kurikulum pendidikan yang cenderung teoritis dan kebutuhan praktis di lapangan. Hal ini menjadi cerminan bahwa sistem pendidikan kita masih berfokus pada apa yang diajarkan, bukan pada apa yang dibutuhkan.

Lebih dari Sekadar Ijazah: Misi Sejati Pendidikan

Pendidikan seharusnya tidak direduksi menjadi sekadar perburuan ijazah atau gelar. Misi dasarnya jauh lebih fundamental: membentuk pola pikir individu agar mampu bersikap rasional, kritis, dan objektif. Namun, paradoksnya, kita sering melihat orang-orang bergelar tinggi yang pola pikirnya masih subjektif dan mudah menghakimi tanpa dasar yang kuat. Ini adalah tantangan besar, karena tujuan utama pendidikan adalah membebaskan akal manusia dari cara berpikir yang sempit dan dogmatis.

Membedakan Kebenaran Ilmiah dan Opini Pribadi

Gagasan filsuf Jerman, Immanuel Kant, menjadi relevan di sini. Ia menekankan bahwa kebenaran harus disajikan dalam kerangka ilmiah. Kebenaran ilmiah bukanlah sekadar opini pribadi, melainkan hasil dari pembuktian yang didasarkan pada rasionalitas dan data empiris. Dengan demikian, pendidikan sejati harus melampaui tumpukan informasi. Ia harus menjadi proses yang membentuk cara berpikir sistematis, yang mampu memisahkan antara keyakinan pribadi dan realitas yang dapat diverifikasi.

Tantangan pendidikan di era globalisasi sangatlah kompleks. Ia tidak hanya tentang menyiapkan angkatan kerja yang terampil, tetapi juga tentang membentuk manusia yang mampu berpikir rasional dan kritis. Seperti yang diingatkan Kant, kebenaran hanya dapat dipertanggungjawabkan melalui pendekatan ilmiah. Oleh karena itu, pendidikan harus kembali ke misinya semula: menjadi ruang untuk membebaskan akal, bukan sekadar formalitas administratif. Hanya dengan cara inilah kita bisa melahirkan generasi yang tidak hanya terampil, tetapi juga berintegritas dalam berpikir dan bertindak.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال