Don’t judge a book by its cover, pandangan satu langkah untuk lebih maju kedepan suatu anak bangsa tentang negaranya sendiri penuh dengan teriakan tangisan yang sangat keras didalam kubur yang begitu amat gelap dan sangat menyeramkan. Atas nama Tuhan yang disembah dengan beerbagai macam cara, dan atas nama matahari terbit dari sebelah timur sehingga terbenam disebelah barat, kita sebagai bangsa yang sangat kaya lahir sebagai anak kandung bumi pertiwi.
Filosofi besarnya ombak yang harus dihadang, begitu besar badai yang selalu datang, namun tidak satupun dari seseorang yang mencintai negaranya sendiri yang tumbang. Agar banyaknya raja yang datang bisa diusir kembali untuk jalan menuju pulang. Kini, kemana kalian wahai orang-orang pemenang? Sembunyi lalu pergi atau memang tidak ada sedikitpun semangat yang kalian warisi bagi kami yang selalu menangisi negara yang tercinta ini.
Banyak yang mengakuisisi bahwa mereka hari ini juga ikut berjuang untuk bangsa ini, namun yang terjadi pada saat ini adalah tangisan dimana-mana, kelaparan, kemiskinan dan lamunan anak muda yang seperti anak bangsawan titisan dewa dipinggir jalan berkerumunan di pinggiran kota. Mereka tertawa melihat bangsanya sendiri yang saling membunuh satu sama lain, bangga akan perpecahan yang sering terjadi.
Sudahlah, sudahi drama sirkus yang tidak pernah berakhir ini. Kita lelah dipuji oleh dunia akan kekayaan bangsa sendiri. Hasil bumi melimpah, seumber daya manusia yang sangat banyak tidak bisa dimanfaatkan oleh negara sendiri harus lari dari kampung halamannya sendiri dan dihormati oleh negara lain.
Indonesia sebuah nama yang sangat luar biasa, dari sabang sampai merauke, 17.380 pulau dan 1.340 ribu suku yang ada serta 711 hingga 726 bahasa daerah dinegara tercinta, kita masih sengsara. Hidup dan tidur diatas emas, berteman dengan kekayaan alam yang setiap hari kita rasakan, tetapi dengan kekayaan ini kenapa harus bangsa luar yang merasakan kesenangan.
Bangkit kawan, kita terlalu lama untuk menjadi penonton bangsa luar bahagia di negara kita sendiri. Pengangguran dan kemiskinan harusnya cepat teratasi oleh pemerintah kita saat ini. apalagi yang kurang, bukankah kita punya segalanya, sehingga bangsa luar terus-terusan bertadatangan kenegara ini dengan alasan Indonesia akan lebih maju dan berkembang saat lagi. Semuanya hanya drama puitis yang selalu dilantunkan .
Lihatlah mereka yang menjabat sebagai pahlawan itu, tampil dengan gagah berani dan berjanji setiap lima tahun sekali akan memperjuangkan hak-hak masyarakat yang terzholomi. Bukankah bangsa ini dijajah oleh anak kandungnya sendiri. Sejarah mencatat seorang Muhammad Hatta selama menjadi wakil presiden hanya memiliki tiga buah celana yang dia gunakan selama menjadi abdi negara.
Tangisan yang penuh luka pejabat kita hari ini tampil dengan emas berlian, merampok uang rakyat sendiri. Buruknya sistim demokrasi hari ini, dengan sistim pemilu yang diselenggarakan dengan begitu banyak pengawasan yang ada dilapangan, tidak ada yang adil dalam menjalankan tugas yang sedang diemban. Sistem pemilihan votting menaikkan harga tiket politik bagi para kandidat yang akan memperebutkan panggung kekuasan, berkoalisi untuk saling menjatuhkan, ketika sudah memperoleh apa yang mereka inginkan selanjutnya rakyatlah yang akan dijadikan sebagai bahan santapan yang harus dikorbankan.
Arlogi mewah serta pakaian serba gagah yang dipertontonkan ditengah tangisan rakyat yang tidak bisa memakan sebutir nasi. Bangsa yang kaya namun hanya bagi pejabat saja, sadarlah generasi emas yang diharapkan akan menjadi angan-angan yang berkepanjang jika kebiasaan ini terus dijalankan.
Kemana engkau wahai pahlawan kami, yang berjuang untuk bangsa ini, berjuang agar bisa merdeka dan menjadi pejabat negara tanpa harus meminta jatah. Bahkan kalian harus mundur lalu pergi meninggalkan jabatan yang kalian miliki demi bersatunya NKRI ini. Tidak digaji, hidup dengan penuh harapan agar rakyat bisa merdeka dengan sebenar-benarnya merdeka tanpa harus merasakan kembali betapa mengeringkannya dijajah oleh mereka.
Hiduplah kembali pahlawan, bangsa yang kalian bangun, negara yang kalian impikan sudah berubah tujuan dari apa yang kalian harapkan. Mereka memperkaya dirinya, bersenang-senang dengan apa yang mereka punya, sedangkan kami selalu menangis dipangkuan ibu pertiwi.
Semangat anak muda yang begitu lemah, selalu menyerah kita apa yang dilakukan belum tercepai secar optimal, hari ini anak bangsa terlalu cengeng untuk berjuang demi bangsa sendiri. Akan tetapi anak muda hari ini selalu bangga dan merasa seperti dewa apabila mereka menceritakan orang-orang yang telah berjuang untuk kemakmuran bangsa dan negara.
Setelah kebingungan yang berkanjangan, kapan negara ini sebenarnya negara ini, sudut pandang suatu negara oleh rakyatnya pupus oleh kekuasaan. Kemarau sangat panjang dan kapan ini berakhir. Wahai pahlawan yang sudah dibungkam, kehadiranmu yang pernah ada untuk bangsa ini tidak lagi istimewa bagi mereka yang hadir sebagai dewa siwa.
Literasi mengajarkan kita bahwa bangsanya akan maju ketika optimal dalam menjalankan fungsi dan perannya. Jangan rampok negeri ini, jangan kuras lagi sumber daya ini, kita sering lupa dengan pandangan harum orang luar terhadap bangsa ini membuat mimpi sangat indah ketika kita lagi tertidur diatas megahnya sebuah istana.
Anak bangsa yang belum lahir akan menjadi beban dosa dengan apa yang telah mereka lakukan hari ini. Mau dibawa kemana bangsa ini, haruskah selalu seperti ini, tidak pernah berkembang dan maju karena kepentingan mereka sendiri.
Hiduplah seperti singa, yang menjalankan kehidupan secara bersama dan bahagia secara keluarga. Jangan pernah menjadi harimau ketika makan dan menjalani kehidupan dengan kesendirian.
Ingatlah jernihnya air hujan berawal dari awan dilangit yang sangat hitam. Kita refelksi kembali bagaimana bangsa kita hari ini, berkecambuk soal kepentingan, rela menghamba demi apa yang mereka harapkan. Jangan kotomi pemikiran anak bangsa sendiri, bereka bebas berekpresi dan mereka bebas untuk berargumentasi, jangan kekang kami anak bangsa dengan aturan yang merugikan rakyat sendiri.
Selamat malam bagi orang yang merasakan kepedihan ini, semoga tidur tiatas jerami akan lebih nikmat dibandingkat berkeliaran ditengah singgasana yang penuh dengan kotoran lalat. Selamat menyaksikan hancurnya bangsa kita oleh bangsanya sendiri, dan selamat menonton bagi kita yang selalu menangis melihat kelaparan dirumah makan kita sendiri, selamat menjadi tamu undangan dikampung halaman sendiri, semoga yang selalu tulus mencerdaskan bangsa ini selalu diberi nikmat yang sangat menyakitkan.
Jangan pernah bangun kembali pahlawan, kalian akan menangisa melihat bangsa ini saling berperang dialegtika dengan rakyat sendiri, kalian akan mengacungkan pedang dan membantai mereka semua tanpa ada rasa iba sampai mereka semua musnah. Hari ini kita akan bukitkan bahwa bangsa ini akan lebih maju ketika penghuni singgasana berbuat demi kemaslahatan rakyatnya. Semoga apa yang dicita-citakan tidak menjadi mimpi yang berkepanjangan, dan akan terwujudkan oleh pahlawan baru yang mau melawan arus yang sangat menakutkan.
Bima Ibnu Falahk