Akulah Sang Tuhan

 


God in a little form, manusia yang menganggap dirinya memiliki keistimewaan atau kekuasaan seperti Tuhan, menjadi karakter yang memiliki kekuatan seperti dewa tetapi mempunyai kemampuan yang sangat kecil dan terbatas. Small gods menganggap dirinya seperti seorang dewa namun mereka hanyalah serdadu kecil yang lagi berusaha menjadi Tuhan ditengah kerumanan dalam waktu yang sangat panjang. 

Sebagian manusia dengan segala kelebihannya sadar atau tidak menjelma menjadi small gods, mengatur seenak hati, segala dialektika yang disampaikan harus diikuti sebagi satire yang cepat dipahami dan antikritik terhadap diri sendiri. Mengklaim bahwa apapun yang keluar dari mulutnya suatu hal yang mutlak sebagai salah satu bentuk kebenaran dan harus diyakini, diperhatikan dan diamalkan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa mereka sadari bahwa manusia punya banyak kekurangan. 

Orang-orang seperti ini selalu mengdepankan ego yang tinggi, selalu ingin didengarkan, diperhatikan dan ingin ditempatkan diposisi tinggi sebuah mahakarya yang begitu megah. Disaat yang bersamaan mereka tutup telinga dari pembicaraan orang luar, acuh terhadap lingkungan sekitar dan menginjak-injak harga diri orang lain tanpa disadari oleh yang memerintah dan diperintah. Seharusnya mereka sadar bahwa kesombongan dan keangkuhan akan mengantarkan mereka kedalam jurang yang amat dalam kehidupan yang sebenarnya. 

Sadar akan ini, mereka selalu jumawa bahwa mereka yang patut untuk didengarkan. Antikritik karena sudut pandang yang subjektif berefek kepada kebencian bagi orang lain terhadap diri mereka. 

Ditengah kehidupan yang dijalani, seluk-beluk dari antikritik seperti aktor yang memiliki setiap permainan laga yang harus dimenangkan, halal haram hantam adalah semboyan yang harus digaungkan dimeja kopi secara halus untuk membentuk suatu peradaban. Aristoteles mengatakan bahwa politik adalah master of science. Hal yang sama dianut oleh orang yang menganggap dirinya sebagai yang paling benar, scientific akan hal yang luas bisa mereka pahami dalam sekajab. Menganggap dirinya paling memiliki potensi diantara yang lain dan selalu ingin menjadi panutan ditengah kelompok dan golongan.

Sebuah fenomena yang menarik untuk dikuliti bahwa setiap kesombongan dan keangkuhan yang dimiliki oleh manusia haruslah berbanding lurus dengan apa yang telah mereka lakukan dan mereka dapatkan. Fenomena yang paling sangat disanyangkan adalah mereka hanya orang biasa ingin tampil seperti raja dan ingin berjalan diatas karpet mereah yang diiringi dayang-dayang seperti bidadari yang turun dari surge.

Takut akan ditenggelamkan oleh sejarah, menghalakan segala cara agar banyak para pemuda ingin jadi pengikutnya, sudahi drama yang konyol ini, semua orang bebas memilih arah tujuan mereka, semua orang berhak mengikuti sesuai keinginannya, jangan kotomi pemikiran mereka dengan Dalih akan menjadikan mereka seorang raja yang akan meneruskan tahta untuk generasi berikutnya. 

Alibi yang berkepanjangan menjadi penyakit bagi banyak kelompok baru yang berbeda pandangan, lebih baik mati dimedan perjuangan dari pada menyerah kepada kemunafikkan, lebih baik mati dimedan perjuangan dari pada ditindas dalam genggaman adalah syair baru yang disuarkan oleh kaum yang tidak menyukai akan keberedaan Tuhan yang memiliki keangkuhan dan menzholimi sebagian anak kecil yang baru pandai merangkak agar bisa mereka berjalan. 

Renungan yang berkepanjangan yang dirasakan oleh sesama hamba dan memiliki keinginan yang sama agar aliran ini cepat berakhir. Selalu aka nada kepentikan sepihak yang akan selalu hadir setiap cerita tragedi berakhir. Seperti melihat senja yang indahnya sesaat dan sombong dengan keindahannya tetapi dia sombong dan berfikir bahwa keindahanya akan selalu indah dilihat manusia ketika malam sudah tiba. 

Menajadi inspirator tidaklah mudah kalau tidak mengharapkan sedikit pujian dari munusia, tidak ada manusia yang tidak ingin dihargai keberadaannya, tapi jangan berlebihan bahwa manusia hanyalah seorang hamba yang dititipkan sementara, ingatlah yang dititipkan akan kembali jangan pernah merasa apa yang hari ini kita miliki akan dibawa mati, sadar diri bahwa apa yang menjadi kebanggaan hari ini adalah senjata untuk suatu saat nanti. 

Lihatlah bumi ini penuh dengan teka-teki, banyak orang yang tampil seperti orang gila, namun dianggap kekasih oleh sang pencipta. Lalu kalian yang menganggap diri seorang dewa hanya diberikan kenyamanan oleh kelompok kecil agar kalian menganggap diri kalian adalah tuhan. 

Tragis untuk dibahas, jika dikaji secara mendalam dunia hanyalah gurauan yang dibuat oleh sang pencipta agar manusia sadar bahwa akhirat akan menunggu untuk dikunjungi dalam episode perjalanan panjang berikutnya. Harus disadari yang menganggap dirinya lebih dari yang lain saja, dengan pangkat, harta serta jabatan dan dinasti politik yang mereka mainkan hari ini sudah diambang kehancuran karena kesombongan halus yang mereka lakukan. 

Lantas kalian ini siapa? Menganggap diri kalian seperti Tuhan. Bahkan untuk kehidupan sore ini kalian masih berfikir apakah akan tetap hidup ataukah mati. Tetapi ego sosial yang dimiliki menjadi gengsi tinggi yang harus dihayati. Ingatlah fir’aun yang nyata ditenggelamkan tuhan didalam laut yang sangat mematikan, sudah memiliki segalanya namun habis dimakan alamnya, tenggelam oleh kesombongannya. Cepatlah sadar bahwa kalian hanya serdadu kecil yang mengharapkan panggung untuk bisa memperoleh segalanya, ternyata semua itu hanya euforia yang berkempanjangan diduni yang sangat nyata.

Selagi masih bisa menghilangkannya maka berjuanglah, jika tidak maka tunggulah realita yang diberikan sang pencipta itu benar adanya. Kita lihat apakah pencipta akan memaikan logaritmanya atau memperlihatkan bukti keajaiban yang begitu indah. Lebih baik menjadi diri sendiri, apalagi menjadi mereka bahkan akan berkifikir untuk menjadi dia.

//Bima Ibnu Falahk

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال